SINOPSIS
Seorang siswa SMA, Natsuo Fujii memiliki perasaan cinta tak terbalas pada seorang guru bernama Tachibana Hina. Untuk move on dari perasaannya itu ia memutuskan untuk melakukan kencan buta bersama teman-temannya disebuah tempat karaoke. Disanalah ia bertemu dengan seorang gadis bernama Rui.
Gadis cuek yang sepertinya hanya ikut-ikutan saja pada kencan buta tersebut. Karena merasa bosan, Rui akhirnya mengajak Natsuo untuk pergi berjalan-jalan keluar sebentar. Secara mengejutkan, Rui tiba-tiba mengajak Natsuo pergi ke rumahnya agar bisa melakukan hubungan intim berdua.
Rui ingin melakukan hal tersebut bukan karena menyukai Natsuo, tetapi hanya ingin mengetahui saja bagaimana rasanya berhubungan intim. Natsuo kemudian tanpa ragu-ragu menyetujui permintaan Rui dengan harapan agar bisa melupakan Tachibana Hina dari kehidupannya.
Setelah peristiwa itu Natsuo dihadapkan dengan masalah baru, yaitu ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki 2 orang anak perempuan. Natsuo sangat terkejut mengetahui bahwa anak pertama dari wanita yang dinikahi ayahnya ternyata adalah guru yang selama ini dia cintai, Tachibana Hina.
Kemudian anak kedua dari wanita yang dinikahi ayahnya ternyata adalah gadis asing yang mengajak dia berhubungan intim sebelumnya, Tachibana Rui. Beginilah bagaimana bermulanya kisah cinta antar saudara tiri ini.
VISUAL
Saya tidak tahu, tapi sepertinya Diomedea lebih cocok mengerjakan anime bergenre seperti ini dibandingkan membuat anime bergenre isekai fantasy, thriller, ataupun horror yang tentu lebih banyak menghabiskan motion frame dan penggunaan efek. Dilihat dari visual karakter, background, dan efek yang digunakan sama sekali tidak ada yang mempersalahkan hal tersebut.
Mengapa? Karena anime romance tidak membutuhkan visual mewah yang berlebihan agar penonton dapat memahami ceritanya, cukup story yang bagus dengan visual standar dan musik background yang mendukung jalannya cerita.
Walupun bagian motion frame pergerakan karakter tidak ada masalah, anehnya Diomedea masih saja kecolongan pada beberapa bagian motion lainnya; kali ini pada bagian background. Terlihat jelas sekali beberapa frame-rate masih patah-patah ketika menyorot pergerakan background yang tidak ada karakter didalam visualnya.
Sekilas saya kira ada yang salah dengan pc saya, tapi sepertinya gambar yang dibuat oleh staff animator memang terlihat sekali kekurangan frame. Sehingga ketika frame disatukan maka muncullah frame-rate yang terlihat patah-patah tersebut.
Saya bisa memaafkan kecolongan itu karena hal tersebut tidak mengganggu alur cerita pada frame utama. Selain itu tentu juga karena anime bergenre seperti ini tidak membutuhkan banyak motion berlebihan sehingga hal itu dapat dimaklumi. Berbeda dengan anime diomedea lainnya yang hancur sekali karena sering kali kekurangan frame.
MUSIK
Terlepas dari bagaimana dalamnya lagu pada opening anime ini. Saya tetap saja masih merasa ada yang kurang pada bagian background music. Saya agak membandingkan BGM anime ini pada anime bergenre serupa, yaitu Kuzu no Honkai.
Anime Kuzu no Honkai menggunakan musik akustik ketika ada dialog penting atau momen kesedihan terjadi pada karakternya. Musik akustik tersebut diambil dari ending songnya, yaitu lagu milik Sayuri yang berjudul Heikousen. Pengambilan keputusan yang cukup baik karena ending song tersebut ternyata ngena sekali dengan jalan cerita utamanya. Kemudian Kuzu no Honkai juga sering menggunakan BGM orchestra elektro ketika dialog mulai ada nada bicara yang cukup keras. Hal ini sangat memiliki pengaruh penting pada penyampaian ceritanya.
Bagaimana dengan Domestic na Kanojo? Domestic na Kanojo ternyata juga mengambil theme song dari opening song animenya. Tetapi BGM yang digunakan kali ini lebih banyak menggunakan alat musik piano. Hal ini tidak memiliki dampak yang cukup pada ceritanya karena sering kali musik yang dihasilkan piano tersebut mudah sekali terlupakan dalam kepala.
Disini terlihat sekali Diomedea tidak memiliki pengalaman dalam hal membangun musik yang dapat menunjang cerita suatu anime.
KARAKTER
Mungkin ada banyak tokoh, tapi tiga karakter inilah yang merupakan inti dari cerita anime ini.
1. Natsuo Fujii
Berbeda dengan Kuzu no Honkai yang sudut pandang utamanya adalah perempuan, anime Domestic na Kanojo menggunakan sudut pandang laki-laki. Shuujinko utama, Natsuo Fujii, karakter yang memiliki perasaan cinta tak terbalas pada Tachibana Hina bahkan sebelum mereka menjadi saudara tiri.
Natsuo memiliki sifat yang sangat memaksa sekali, tidak ingin menyerah pada perasaan cintanya dan tidak mau move on sedikit pun pada wanita-wanita lain disekitarnya. Terus berusaha menerobos tembok besar yang disebut dengan saudara. Terus memaksa hingga cintanya akhirnya dibalas oleh Tachibana Hina. Warui no hito ka? Ore wakaran.
2. Tachibana Rui
Jika ingin menarik perhatian, maka mulailah dulu dari karakter yang dapat diterima penonton. Saya pada awalnya tidak memiliki ketertarikan sama sekali pada karakter Tachibana Rui. Memang benar-benar hanya seperti orang asing yang mungkin tidak akan kita temui lagi di episode selanjutnya.
Kemudian semua berubah ketika orang tua mereka akhirnya menikah. Cukup mengejutkan, karena mengetahui orang yang dia fuck pertama kali akan menjadi saudaranya sendiri. Karena Rui melakukan itu hanya sekedar ingin saja, bukan didorong oleh perasaan suka.
Seiring berjalannya episode karakter cuek yang tidak pandai berinteraksi sosial ini mulai sering berbicara dengan Natsuo ketika hubungan persaudaraan mereka sudah semakin akrab.
Rui yang awalnya tidak peduli mulai merasakan ada yang aneh dengan dirinya, entah mengapa dia mulai merasakan perasaan cemburu. Pemicunya tentu saja karena dia sering kali melihat Natsuo didekati oleh cewek lain. Saya dalam hati mengatakan ini “Horra, omae no oniichan sedang dekat-dekat dengan cewek lain. Do darou? Omae no kimochi? Sabishii? Datte, awalnya kamu hanya cuek-cuek saja”.
Desain karakter Rui sebenarnya tidak ada yang terlalu menarik, itu karena saya lebih menyukai karakter yang memiliki rambut panjang atau sebahu. Yang membuat karakter Rui menarik adalah kepribadiannya. Rui sering kali memperlihatkan tsundere ringan dan memberikan sindiran yang menusuk jika cemburu melihat Natsuo didekati cewek lain.
Pertanyaan yang sering ditanyakan Natsuo pada Rui sering kali dijawab dengan menggunakan tsukkomi yang sangat memberikan humor tersendiri. Mirip sekali seperti pasangan pelawak ala jepang dimana satu memberikan pernyataan dan satu lagi menjawab dengan tsukkomi nya.
3. Tachibana Hina
Kemudian kita lanjut pada karakter sang oneechan sekaligus sensei, Tachibana Hina. Sosok kakak yang memberikan idealisme seperti orang dewasa ini mengatakan hal yang paling benar. Sesama saudara tidak seharusnya memiliki perasaan saling suka sebagai lawan jenis. Karena pada akhirnya menyimpan rahasia dari orang tua mengenai hubungan mereka merupakan hal yang sulit dilakukan.
Setelah Natsuo berkali-berkali menyatakan bahwa cintanya tulus sudah sejak lama, akhirnya si oneechan luluh juga. Oneechan merasa cemburu ketika melihat Natsuo dan Rui berciuman. Ucapan Tachibana Hina sebelumnya ternyata berhasil dikalahkan oleh perasaannya sendiri. Tachibana Hina kemudian membalas perasaannya dengan menyatakan bahwa dia juga menyukai Natsuo.
STORY
“Kuzu no Honkai versi ringan?” Itu yang pertama kali terlintas dikepala saya ketika pertama kali menonton anime ini. Versi ringan yang saya maksud adalah adegan intim yang mungkin jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Kuzu no Honkai.
Cerita mengenai hubungan terlarang antar saudara tiri ini mungkin tidak semua kalangan penonton bisa menerimanya. Sehingga mungkin hanya beberapa orang saja yang ingin melanjutkan menonton anime ini. Memangnya siapa yang mau menonton kisah cinta antar saudara tiri? Tapi memang itulah romance yang coba dibangkitkan cerita ini. Mencoba menempatkan diri kita jika berada dalam posisi yang sama dengan mereka.
Saya senang pada tiap episode Domestic na Kanojo selalu ada sesuatu yang terjadi, sehingga cerita tidak hanya monoton pada hubungan cinta saudara tiri ini saja, tapi juga ada membahas karakter-karakter lainnya sepertinya teman-teman satu klub Natsuo.
Walaupun mereka sudah menjadi saudara tiri, tetapi jarang sekali terdengar antar Natsuo dan Rui Hina panggilan-panggilan seperti “Oneechan, Oniichan, atau Imouto”. Hal ini tentu saja agar cinta mereka tidak dihalangi oleh tembok pembatas kyoudai. Mereka berhasil bersikap seperti saudara pada umumnya walaupun menyimpan cinta terlarang.
Semenjak episode 9 berjalan, ketika Hina-sensei membalas perasaan Natsuo dengan mengatakan bahwa dia juga menyukai dirinya entah mengapa saya mulai membenci hubungan mereka. Tepatnya setelah Hina-sensei pindah rumah, dan mencari apartemen baru.
Saya merasa bahwa Hina-sensei seharusnya menerima perasaan Natsuo tetapi hanya untuk sesaat saja, dan meminta agar Natsuo move on dari dirinya dengan ciuman terakhir. Tetapi Hina-sensei malah dikalahkan oleh perasaannya sendiri.
Saya merasa bahwa Hina-sensei seharusnya menerima perasaan Natsuo tetapi hanya untuk sesaat saja, dan meminta agar Natsuo move on dari dirinya dengan ciuman terakhir. Tetapi Hina-sensei malah dikalahkan oleh perasaannya sendiri.
Di apartemen barunya Hina-sensei justru lebih leluasa bertemu dengan Natsuo. Saya merasa “kemana perginya idealisme orang dewasa yang saya idam-idamkan beberapa episode sebelumnya, Hina-sensei berubah seperti anak remaja labil yang dibutakan perasaannya sendiri, idealismenya sebagai orang dewasa sudah lenyap begitu saja, and I hate it”.
Walaupun sejak awal tetap saja yang salah adalah Natsuo yang terus-terusan memaksa agar cintanya dibalas oleh Hina-sensei. Disitulah saya mulai berbalik mendukung Tachibana Rui sebagai main heroine.
Walaupun sejak awal tetap saja yang salah adalah Natsuo yang terus-terusan memaksa agar cintanya dibalas oleh Hina-sensei. Disitulah saya mulai berbalik mendukung Tachibana Rui sebagai main heroine.
Ending pada episode 12 menurut saya sudah benar. Jika hubungan antara Natsuo dan Hina-sensei berlanjut saya tidak tau bagaimana jadinya apakah hal tersebut benar-benar bisa diterima oleh penonton.
Tinggalkan masa lalu dan mulai melangkah maju. Hina-sensei yang memutuskan untuk berpisah jauh dari Natsuo akhirnya memiliki dampak tersendiri. Natsuo akhirnya perlahan bisa move on dan mencoba mengejar mimpinya sebagai penulis novel. Judul novel “Selamat Tinggal” yang ditulis Natsuo mungkin bisa menjadi pertanda bagi Natsuo untuk mulai membuka hati pada orang-orang disekitarnya.
Dengan ending yang untungnya tidak cliffhanger. Saya apresiasi story dari Domestic na Kanojo. Dengan begitu saya tidak mengharapkan adanya season 2 dimasa yang akan mendatang.
OVERALL
Saya agak kecewa rasanya, anime ini dari episode awal hingga akhir memiliki story yang kompleks sekali. Tetapi mengapa anime ini harus diadaptasi oleh Diomedea? Apa karena ada kata Domestic dan itu terdengar seperti kata Diomedea? Atau karena Diomedea rebutan mati-matian dari studio lain? Padahal saya sangat berharap sekali anime ini menggunakan studio yang sama dengan anime yang mengadaptasi Kuzu no Honkai, Lerche.
Kuzu no Honkai memiliki character development yang baik sekali, bahkan tiap karakter diceritakan. Ditangan Diomedea, story yang bagus ini sayang sekali harus terbuang percuma, banyak sekali potensi yang ada untuk dapat dimanfaatkan dengan baik.
Saya hanya berharap Diomedea dapat belajar dari masa lalu, dan terus mencoba menemukan formula yang tepat pada animenya dimasa yang akan mendatang.
Apakah review saya terlihat lebih mendukung Tachibana Rui? Ya, saya akui itu.
~AYBD
Pyuuuh, melelahkan.