[REVIEW 3 EPISODE] Kono Oto Tomare, Alat Musik Petik yang Merdu Sekali




   Yo gan, kita bertemu lagi. Kali ini saya akan mereview kembali 3 episode awal dari sebuah anime di musim ini. Masih akan membahas lagi adaptasi anime dari manga Shounen Jump, namun kali ini tidak berasal dari manga Weekly Shounen Jump, melainkan berasal dari manga Jump Square, atau yang sering juga disebut dengan Jump SQ. 

Anda dapat membaca tulisan saya sebelumnya yang membahas mengenai anime Isekai QuartetCarole & Tuesday, Bokutachi wa Benkyou ga DekinaiKimetsu no YaibaKaze ga Tsuyoku FuiteruKaguya-sama wo Kokurasetai, Kakegurui Season 2Domestic na KanojoSilahkan klik saja pada salah satu judul-judul tersebut untuk melihat postingannya.



    Baiklah, saya lanjutkan. Perlu anda ketahui bahwa ada dua anime di musim ini yang memiliki genre Music, yang pertama adalah Carole & Tuesday, dan yang kedua adalah Kono Oto Tomare. Namun yang akan kita bahas kali ini adalah anime Kono Oto Tomare, yang mana bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “Hentikan Suara Ini!”.
     Saya sebelumnya tidak berniat untuk mereview 3 episode dari anime ini. Mengapa? Karena rata-rata anime school di musim ini banyak sekali yang menurut saya tidak menarik, sebut saja seperti Bokuben, Midara na Ao-Chan, Hitori Bocchi no Marumaru, dan juga Senryuu Shoujo. Saya pun mengira bahwa anime ini akan berakhir sama saja seperti anime-anime itu. Tapi ternyata tidak, setelah saya menonton anime ini sebanyak 3 episode, ternyata anime ini sangat berbeda sekali dengan anime yang sebelumnya saya sebutkan. Sesuatu yang membedakannya adalah anime ini ternyata banyak sekali dipenuhi dengan drama, story, dan juga pembangunan karakter.

Mungkin para pembaca pun bertanya kepada si mimin ini “Hmm, ini kalo diliat-liat lagi si mimin kayaknya memang kagak suka anime slice of life dah”. 

    Hehe, sori gan. Mimin memang bukan expert dalam bidang anime slice of life. Karena mimin memang lebih mengutamakan anime yang memiliki story yang kompleks diatas genre anime manapun. Jadi buat para slice of life master, mohon maaf ya gan. Wibu itu harus akur lho, Hehehe. Akan tetapi, jika ternyata suatu anime yang bergenre slice of life itu memiliki drama dan konflik yang cukup menarik, mimin pasti nonton kok.
    Baiklah, kembali ke pembahasan. Anime Kono Oto Tomare memiliki genre Music dan Drama. Mengingatkan kita dengan dua anime bergenre sama yang tayang beberapa tahun yang lalu, yaitu Hibike Euphonium dan Shigatsu wa Kimi no Uso. Namun tidak seperti anime Hibike Euphonium yang memiliki tokoh utama seorang perempuan, anime Kono Oto Tomare ternyata memiliki tokoh utama seorang laki-laki. Hmm, baiklah, mungkin basa-basinya agak kelamaan ya, jadi alangkah baiknya langsung saja kita mulai review 3 episode dari anime ini.

SINOPSIS




    Seorang siswa SMA bernama Kurata Takezou adalah anggota dari klub musik tradisional alat musik koto. Koto merupakan sejenis alat musik tradisional Jepang yang dimainkan dengan cara dipetik. Setelah para senior dari klub koto tersebut lulus, Takezou akhirnya menjadi satu-satunya anggota yang berada di klub tersebut. Takezou kemudian bertemu dengan Kudou Chika, seorang siswa yang terlihat seperti preman yang sering berkelahi. Namun yang mengejutkan ternyata Kudou Chika sangat tertarik dengan alat musik koto dan berniat untuk bergabung dengan klub koto. Selain Kudou Chika, Takezou juga bertemu dengan Houzuki Satowa, seorang siswi yang ingin bergabung dengan klub koto namun memiliki niat hanya melakukannya untuk kepentingannya sendiri. Bagaimanakah cara Kurata Takezou menjalankan klub ini? Apakah para anggota baru dari klub koto ini bisa mencapai target kejuaraan nasional?

SOUND
    Lah, kok bahas sound dulu, biasanya kan bahas bagian visual duluan? Sabar gan, setelah saya amati lagi ternyata saya memang harus membahas bagian sound terlebih dahulu. Mungkin langsung saja kita bisa mulai terlebih dahulu pada bagian opening song animenya.
    Nah, pada bagian opening song anime ini satu yang membuat saya heran, kok yang nyanyi cowok ya? Apalagi nada suaranya tinggi begitu. Mungkin ini masalah perspektif saya gan. Jika anime ini tentang anime sport mungkin cocok-cocok saja, tetapi setelah saya amati lagi opening song anime ini, saya justru malah melihatnya seperti opening anime shoujo, padahal kan bukan ya, di genrenya tertulis Shounen lho. Mungkin ini juga salah satu efek yang timbul karena saya nonton beberapa episode dari anime Fruits Basket sebelumnya. Yaelah pantesan, wkwkwkwk. Jadi, menurut saya opening song anime ini sebaiknya memang dinyanyikan dengan nada vocal seorang cewek. Cobalah anda tutup mata anda, dengan lagu opening song yang sama anda imajinasikan sendiri jika opening song anime ini dinyanyikan nada vocal cewek. Saya yakin sekali, pasti jauh lebih cocok.
    Mimin kok kayaknya ga pernah bahas Ending song ya? Kenapa ya kira-kira? Itu karena ending song memang tidak cukup memorable bagi penonton. Ending song biasanya banyak memiliki visual motion yang tidak bergerak, hal ini mungkin membuatnya menjadi tidak terlalu menarik untuk didengarkan. Ketika episode telah selesai, pasti banyak yang lebih memilih untuk melakukan skip saja pada ending song anime ini. Sedangkan bagian opening song memiliki pergerakan visual yang banyak sekali, dan itu jauh lebih menarik, penonton setidaknya pasti akan stay tune selama mendengarkan opening song. 


    Saya lanjutkan pada bagian background musik. Pada bagian BGM, saya benar-benar sangat menyukainya. Sepertinya studio ini sangat mengetahui sekali bagaimana cara mengadaptasi anime bergenre drama, walaupun sepertinya saya tidak mengenali siapa sebenarnya sound director anime ini. Saya mendengar beberapa alat musik pada BGM animenya, beberapa diantaranya yaitu alat musik piano, biola, dan juga gitar akustik. Saya sangat menyukai pada bagian BGM yang mengkolaborasikan antara bunyi piano dan biola, hal itu membuat kesan anime drama seperti benar-benar tersampaikan perasaannya kepada para penonton. Menurut saya, dari segi sound mereka sangat berhasil dalam melakukan penerapannya. Kalo memang ingin dikasih nilai sih saya kasih 9, tapi karena berhubung animenya memang belum selesai tayang, mungkin saya sebaiknya tidak terburu-buru melakukannya.

STORY
    Lah, si mimin, katanya tadi mau bahas visual, ini malah bahas story, lupa kali ye? Sabar sabar gan, visual nanti akan saya bahas setelah bagian story. Namun untuk saat ini saya lebih baik mulai dulu membahas bagaimana story dari anime ini. 



    Dude, I love drama so much. Banyak sekali anime yang membahas tentang keseharian klub sepulang sekolah diluar sana, tetapi jika hanya berisi tentang keseharian saja tanpa ada konflik yang terjadi. Pasti lama-lama akan jadi bosan juga. Anime Kono Oto Tomare ini punya drama yang baik sekali. Bahkan di episode-episode awal anime ini saja langsung melakukan pendalaman karakter. Setelah penonton melihat masa lalu karakternya, siapapun pasti akan langsung merasa simpati. Beberapa diantaranya seperti masa lalu dari Kudou Chika, masa lalu Takezou bersama klub koto, dan masa lalu tiga orang teman Kudou Chika ini. Saya menikmati drama anime ini, bahkan saya juga ikut larut dalam ceritanya. Dalam hati saya mengatakan bahwa Hozuki Satowa sebaiknya tidak dibiarkan bergabung dengan klub ini, karena dia melakukannya hanya untuk kepentingannya sendiri, bukan kepentingan klub. 



    Lalu ada juga tiga orang anggota baru dari teman Kudou Chika. Mereka berhasil menambahkan unsur comedy tersendiri dalam anime ini. Ini tentu saja untuk menjauhkan kesan sebagai anime yang terlalu serius.

VISUAL: 6
    Lah, kok yang ini udah dikasih nilai min, bagian yang lain kagak dikasih? Oke deh, saya jelasin nih. Pada bagian pengadaptasian story dan eksekusi musiknya mungkin memang bisa dikatakan baik-baik saja, tetapi pada bagian visual artnya ternyata banyak sekali penonton yang tidak menyukainya, walaupun pada pergerakan framerate anime sih sebenarnya lancar-lancar saja. Menurut saya bagian pewarnaan dan pembuatan background lah yang membuat anime ini terlihat seperti anime low budget. Baik dari desain karakter dan background, semuanya menggunakan warna yang cerah sekali, mirip sekali dengan visual art pada anime Oreshura, sebuah anime school yang fokus utamanya bukan pada bagian story. Sedangkan anime Kono Oto Otomare memiliki genre drama yang berfokus pada story, dan juga cerita manganya sangat terkenal sekali dikalangan para pembaca. Apalagi anime ini juga membawa label ternama dari Jack SQ. Setidaknya para staff animator harusnya bisa memberikan usaha yang jauh lebih baik lagi. Sehingga para penonton diluar sana tidak mengeluh lagi dengan kinerja mereka.

OVERALL
    Saya memberikan review pada bagian visual art memang berdasarkan dari perspektif penonton kebanyakan. Tetapi untuk saya sendiri, saya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena saya sangat menikmati sekali bagaimana story anime ini.
    Ketika saya menonton anime ini sebanyak 3 episode, saya malah merasa seperti sudah menonton 6 episode. Mengapa? Karena tidak ada menit yang sama sekali terbuang percuma, pada tiap menitnya pasti selalu saja ada menceritakan sesuatu. Development karakternya juga sangat baik sekali. Sehingga mungkin saya bisa mengatakan bahwa saya sangat menikmati sekali waktu yang telah saya habiskan selama menonton anime ini.



    Banyak sekali yang mengatakan bahwa saya sebaiknya membaca manganya saja daripada menonton adaptasi animenya ini. Mereka mengatakan bahwa feel pada manganya jauh lebih dapat dibandingkan animenya. Walaupun begitu, saya mungkin akan tetap bersabar menunggu hingga animenya selesai tayang terlebih dahulu, jika memang pendapat mereka yang mengatakan bahwa manganya jauh lebih bagus itu benar, maka saya akan mencoba untuk membaca manganya
    Overall, I enjoy it. Pengadaptasian bagian story dan sound sangat baik sekali, tetapi pada bagian visual art sepertinya memang banyak sekali penonton yang tidak menyukainya. Studio animasi anime ini mungkin masih merupakan salah satu studio yang bisa disebut baru. Sehingga kesalahan-kesalahan yang telah terjadi tersebut seharusnya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mereka dimasa yang akan mendatang.

~AYBD

Posting Komentar

0 Komentar