[REVIEW] Azur Lane, Sebuah Hype Gila Dengan Hasil yang Sia-sia


Yo gan, saya mau ngereview lagi nih. Kali ini berhubungan dengan anime yang mengadaptasi salah satu game terpopuler di Jepang, yaitu Azur Lane. Anime ini mengusung tema pertempuran militer di permukaan lautan dengan melibatkan banyak karakter yang moe and kawaii.

Adaptasi anime dari game sebenarnya bukanlah hal yang baru. Ada beberapa anime juga sebelumnya sudah pernah melakukan hal yang serupa, sebut saja seperti God Eater, Tales of Zestiria the X, Devil Survivor, bahkan Sengoku Basara. Anime yang diadaptasi dari game biasanya selalu berhadapan dengan persepsi bahwa "anime apapun itu yang diadaptasi dari game, pasti akan berakhir dengan kegagalan". Namun tidak semua game, karena menurut saya game yang berasal dari visual novel seperti Steins Gate merupakan suatu kesuksesan besar. Apakah Azur Lane juga demikian? Untuk itu saya akan menjawab hal tersebut dengan beberapa ulasan saya pribadi mengenai anime ini.

SINOPSIS:
Pada suatu ketika,  suatu makhluk asing yang disebut "Seiren" datang untuk menyerang bumi.  Demi menyelamatkan  dunia, maka dibentuklah pasukan khusus yang dilengkapi dengan senjata militer yang dikonversi dari kapal-kapal perang terbaik di dunia. Pasukan khusus itu disebut dengan pasukan Azur Lane yang terbagi atas empat armada yaitu Union, Royal, Sakura Empire, dan Iron Blood. Mereka pun berhasil menahan pasukan Seiren selama bertahun-tahun. Namun seiring berjalannya waktu, Sakura Empire dan Iron Blood yang memiliki pemikiran berbeda dalam menghadapi Seiren memutuskan untuk keluar dari Azur Lane dan membentuk aliansi mereka sendiri yang disebut Red Axis. Konflik inilah yang kemudian memicu perang saudara antara Azur Lane dan Red Axis disamping dari konflik mereka melawan Seiren.

Sebelum itu ada perlu yang saya tegaskan disini bahwa saya hanyalah sebagai "anime watcher", bukan pemain atau player game Azur Lane. Sehingga perspektif saya gunakan disini hanyalah sebagai penonton animenya, bukan pemain gamenya. Dengan begitu maka langsung saja kita mulai review ini dengan beberapa hal yang menjadi perhatian saya.

VISUAL ART:
 

Saya tidak bisa berkomentar banyak mengenai visual art anime ini. Background memang terlihat banyak yang berwarna polos dan latar cerita memang tidak bisa lepaskan dari laut. Namun hal yang bagus menurut saya adalah pemilihan latar tempat pertempuran mereka tidak hanya berfokus pada lautan kosong belaka, mereka juga menggunakan latar seperti reruntuhan bangunan, bebatuan, dan tempat penuh bongkahan es untuk menjauhkan kesan monoton pada anime ini.

SOUND:
Untuk Background music saya tidak akan berkomentar banyak karena hasilnya cukup nice dan atmospheric sekali, terutama untuk beberapa BGM yang menggunakan alat musik biola. Sedangkan untuk opening song, mungkin sudah lama sejak terakhir kali saya mendengar May'n menyanyingkan lagu untuk sebuah anime. Lagu anime milik May'n yang saya ingat terakhir kali adalah opening song dari anime Blood Lad yang berjudul "Vivid". Saat itu lagu tersebut cukup lama bertengger di telinga saya selama beberapa bulan. Sedangkan untuk  lagu "Graphite/Diamond" yang dinyanyikan oleh May'n di anime Azur Lane ini saya merasakan sekali ada transformasi besar yang telah terjadi dari genre yang dibawakan oleh dirinya setelah bertahun-tahun. Lagu "Graphite/Diamond" ini mengingatkan saya dengan opening song anime Date a Live yang juga didominasi dengan alunan permainan biola yang merdu, and I like that really much.

STORY:
1. Tidak adanya unsur Thriller/ karakter yang mokad

Anime ini karakternya banyak, senjata-senjatanya juga jelas sekali bisa membunuh, tapi kenapa ya tidak ada yang mati. Saya menunggu sampai episode 3 bahkan sampai episode terakhir cuma buat nunggu ada karakter yang mati. Hasilnya nihil, bahkan Akagi yang kalah saat melawan Enterprise juga masih hidup diselamatkan oleh Seiren.
 
Well, kalau dibilang kok saya ngotot sekali harus ada karakter yang mati itu karena saya merasa anime ini seharusnya memiliki rating Seinen/dewasa. Jika ada karakter yang mati maka menjauhkan anime diri dari kesan sebagai "tontonan semua umur" atau mungkin "tontonan anak-anak".  Jika anime ini hanya dikhususkan untuk para Seinen dengan unsur Thrill-nya. Maka tone yang digunakan bisa menjadi lebih gelap dan cerita akan jauh lebih menarik untuk diikuti.
 
Lagian apa salahnya jika ada yang mati. Wong anime ini juga cuma projek one shot saja bukan? Artinya kalau berhasil ya dilanjutkan, kalau gagal ya diberhentikan. Ada banyak kok anime yang karakternya kebanyakan mati di sepanjang episode. Sebut saja seperti Toaru Hikuushi, Gundam Iron Blood Orphan, Kakumeiki Valvrave, Blood C, Code Geass, bahkan Akame ga Kill. Alhasil, penonton pun tegang dibuatnya karena tidak tahan melihat karakter-karakter favorit mereka mati satu persatu. Unsur inilah saya inginkan juga ada pada anime Azur Lane. Namun sayangnya hal tersebut hanya berakhir menjadi kekecewaan bagi saya.
 
Jika ingin memasukkan unsur Thrill tanpa pertempuran bisa kok dibuat misalnya seperti Sakura Empire dan Iron Blood membuat suatu senjata terkuat, namun harus mengorbankan banyak orang sebagai tumbalnya.

2. Pertarungan yang biasa saja
 

Sekarang saya ingin membahas bagaimana battle system yang ada pada anime ini. Well, saya merasa ada banyak sebenarnya unsur-unsur yang bisa ditambahkan agar battle terlihat lebih menarik. Misalnya saja bisa dengan menyebut nama skill yang mereka keluarkan, menaikkan suatu skill yang mereka gunakan ke level 2, upgrade beberapa bagian dari kapal perang mereka, atau juga bisa beberapa karakter terpilih mampu mengaktifkan dark mode mereka seperti Dark Enterprise yang saya lihat di beberapa scene. Lalu juga yang kurang dari anime ini adalah pengukur kekuatan. Sehingga penonton tidak mengetahui seberapa kuat sebenarnya karakter-karakter yang ada di anime ini. Jika musuhnya memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan para protagonis, maka dapat menambah unsur tegang saat menonton. Namun ada satu scene juga menurut saya yang cukup menarik. Dimana memperlihatkan mereka menggunakan meriam mereka walaupun masih dalam bentuk kapal perang. Setidaknya itu membuktikan bahwa anime ini tidak hanya mengandalkan pertarungan fisik jarak dekat.
 
Untuk fight scene seperti Enterprise vs Zuikaku atau fight scene lainnya tidak ada masalah dan terlihat oke-oke saja menurut saya. Namun untuk scene Enterprise vs Akagi itu menurut saya terlalu singkat dan anti  klimaks. Setidaknya biarkan Akagi memberikan perlawanan lebih lama agar pertarungan antara pemimpin Iron Blood melawan kapal terkuat di Union ini bisa jauh lebih dinikmati

3. Konflik antara Javelin Laffey dengan Ayanami yang anti klimaks
 

Ada tiga inti cerita yang setidaknya bisa saya tangkap dari anime ini yang pertama perang memperebutkan mental cube, kedua keinginan terdalam Enterprise, dan yang ketiga konflik antara Javelin Laffey Ayanami. Bisa saya katakan konflik antara Javelin Laffey Ayanami ini merupakan salah satu story yang dapat membangun perhatian penonton pada anime ini. Namun saya sangat kecewa konflik tersebut berakhir hanya seperti itu.
Menurut saya ada satu yang bisa dilakukan untuk membuat story Javelin Laffey Ayanami ini menjadi lebih menarik. Dibandingkan membuatnya tidak ada  pertarungan sama sekali, mengapa tidak  buat saja Ayanami mengatakan "aku akan mau berteman denganmu jika kau berhasil mengalahkanku". Dengan begitu Laffey kemudian menerima  tantangannya dan Ayanami pun kalah.  Ayanami yang dikalahkan kemudian diselamatkan teman Sakura  Empirenya dan membuat Ayanami menjadi ragu untuk  ikut kembali dalam pertempuran dua kubu ini.


4. Beberapa unsur cerita yang dapat dikembangkan lebih baik lagi
 

Hanya ada satu unsur cerita yang menarik minat saya selama menonton anime ini, yaitu Enterprise. Scene yang memperlihatkan Enterprise menjadi sosok yang terlihat menakutkan menurut saya merupakan scene yang benar-benar langsung membuat saya berkata "wah, ini dia yang saya tunggu". Karakter protagonis yang memiliki kekuatan kegelapan tersembunyi yang bangkit setelah dikalahkan oleh musuhnya. Unsur tersebut sangat bergenre shounen banget, siapapun pasti langsung tertarik melihat Enterprise yang seperti itu.
 
Namun selain dari story Enterprise tersebut, menurut saya tidak ada lagi unsur cerita yang cukup menarik untuk diikuti. Padahal bisa saja dibuat misalnya beberapa plot cerita seperti pengintai dari Azur Lane pada episode 5 yang salah satu dari mereka terbunuh setelah mencuri mental cube, si Prinz dari Iron Blood yang karakternya dapat dikembangkan menjadi karakter yang hanya memiliki hasrat untuk membunuh,  juga Prinz yang sebenarnya memiliki tujuan untuk menggulirkan Akagi dan Kaga agar dirinya bisa menjadi pemimpin tunggal Aliansi Red Axis, Belfast yang terbunuh yang mengakibatkan Enterprise mengamuk, atau juga banyak anggota Azur Lane yang berkhianat dan memilih bergabung dengan Red Axis. Tidak ada salahnya kok membuat ceritanya menjadi jauh lebih gelap. Setidaknya unsur tidak terduga itu yang dapat membuatnya menjadi menarik.

5. Seiren yang tidak mendapat banyak build cerita
 

Well, inilah sebenarnya yang sangat saya pertanyakan. Sang musuh utama mereka, Seiren, tidak mendapatkan banyak sorotan dalam pembangunan cerita anime ini. Seberapa berbahaya sebenarnya mereka, seberapa menakutkan kekuatan mereka, motif mereka apa, dan bagaimana peperangan yang mereka lalui mereka di masa lalu. Penonton tidak mengetahui sama sekali mengenai hal tersebut. Sehingga dengan kurangnya pembangunan karakter kesannya seperti keberadaan mereka itu masih tidak cukup kuat dibandingkan dengan dua kubu utama di anime ini.


OVERALL:
Azur Lane adalah anime yang mempertemukan banyak karakter loli dan oppai onna yang selalu menjadi perdebatan di kalangan para wibu mengenai karakter mana yang lebih kawaii. Bagi para player game Azur Lane kalian pasti hype dan senang sekali karakter-karakter favorit kalian telah dirubah ke dalam bentuk anime. Namun sebagai watcher, karakter kalian bisa menjadi anime saja menurut saya tidaklah cukup. Jika tidak ditunjang dengan story yang baik, maka sungguh hanya merupakan hasil yang sia-sia saja.

Posting Komentar

0 Komentar