Pada jaman dahulu, hiduplah sebuah konsol berwarna hitam buatan negeri sakura yang pada joysticknya dilengkapi dengan huruf ABC dan XYZ. Yap benar sekali, nama perusahaan dari pemilik konsol itu adalah SEGA, perusahaan yang lebih anda kenal pada masa sekarang ini sebagai salah satu perusahaan developer game. Perusahaan SEGA sebelum disalib oleh Sony Playstation sempat menikmati masa-masa kejayaannya sebagai pemilik konsol terpopuler di dunia.
Pada masa kecil saya dulu, jika orang-orang disekitar saya bertanya saya sedang bermain apa, saya biasanya memberikan jawaban dengan mengatakan bahwa "saya sedang main SEGA mas". Well, namun tahukah kamu seperti yang saya katakan sebelumnya, SEGA merupakan nama induk dari perusahaannya, sedangkan untuk nama dari konsolnya ada SEGA Mega Drive, Genesis, dan Saturn.
Hardware dari konsol SEGA biasanya dilengkapi dengan sebuah kabel adapter yang berfungsi sebagai penyalur power listrik. Sedangkan untuk bagian video dan audionya dibutuhkan kabel Red, Yellow, White yang dicolokkan pada bagian depan atau belakang TV.
Untuk dapat memainkan sebuah game, konsol ini tidak menggunakan CD ataupun Harddisk Internal seperti Playstation 1 dan Playstation 2. Bentuk hardware dari game SEGA biasanya berupa benda berbentuk kotak hitam kecil dengan cover gambar gamenya yang ditempel pada bagian depannya. Di bagian bawahnya terdapat papan sirkuit mirip seperti halnya RAM PC yang kemudian dicolok pada sebuah lubang di bagian pertengahan konsol agar game dapat terhubung.
Game-game konsol SEGA ini biasanya memiliki case mereka masing-masing yang ukurannya menyerupai sebuah buku tebal. Pada jaman saya dulu, saya sering mengumpulkan game-game SEGA yang satu gamenya itu biasa bisa saya beli dengan harga 5.000 sampai 15.000 rupiah. Well, disaat pengguna PC pada masa itu masih relatif rendah, konsol SEGA menurut saya merupakan hiburan tersendiri bagi seorang anak kecil yang hobinya dulu memang suka sekali bermain game. Terkadang ada game yang tidak mau berjalan lagi karena papan sirkuit yang terlihat sudah berdebu. Anak kecil yang hobi bermain game itu biasanya membersihkannya dengan cara meniupkan debu yang ada di dalamnya.
Adapun beberapa game yang sangat saya sukai pada masa itu ada Sonic the Hedgehog, Disney's Aladdin, The Lion King, Fatal Fury, Mortal Kombat 3, Shinobi, Contra The Hard Corps, Street of Rage 2, dan tentu saja yang paling sangat saya sukai adalah Road Rash 3.
Kesan yang paling memorable dari semua game SEGA adalah Background Music atau BGM pada setiap stage yang diberikan, sehingga saya sendiri merasa walaupun sudah menamatkan game tersebut, saya merasa ingin terus memainkannya lagi dan lagi. Transisi perusahaan SEGA dari hardware ke software merupakan keputusan yang cukup bijak mengingat sangat sulit sekali mempertahankan eksistensi dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang bermunculan.
Kadang saya juga sering saling pinjam-meminjam game dengan anak tetangga sekaligus teman sekolah saya yang juga memiliki salah satu konsol game SEGA ini. Namun dia kemudian pindah sekolah dua tahun kemudian dan disitu saya mulai merasa sedih. Di jaman dimana belum ada sosial media, saya merasa telah kehilangan jejak dimana dirinya sekarang dan masa-masa itu sepertinya telah menjadi akhir dari pertemuan kami. Bahkan sampai saat ini saya belum berhasil menemukan akun sosial medianya walaupun sudah mengetik nama panjangnya di pencarian. Haduh cerita malah jadi mulai melenceng ke arah curhat.
Mungkin untuk next post saya akan share seputar game-game SEGA yang telah saya sebutkan sebelumnya.
Pada masa kecil saya dulu, jika orang-orang disekitar saya bertanya saya sedang bermain apa, saya biasanya memberikan jawaban dengan mengatakan bahwa "saya sedang main SEGA mas". Well, namun tahukah kamu seperti yang saya katakan sebelumnya, SEGA merupakan nama induk dari perusahaannya, sedangkan untuk nama dari konsolnya ada SEGA Mega Drive, Genesis, dan Saturn.
Hardware dari konsol SEGA biasanya dilengkapi dengan sebuah kabel adapter yang berfungsi sebagai penyalur power listrik. Sedangkan untuk bagian video dan audionya dibutuhkan kabel Red, Yellow, White yang dicolokkan pada bagian depan atau belakang TV.
Untuk dapat memainkan sebuah game, konsol ini tidak menggunakan CD ataupun Harddisk Internal seperti Playstation 1 dan Playstation 2. Bentuk hardware dari game SEGA biasanya berupa benda berbentuk kotak hitam kecil dengan cover gambar gamenya yang ditempel pada bagian depannya. Di bagian bawahnya terdapat papan sirkuit mirip seperti halnya RAM PC yang kemudian dicolok pada sebuah lubang di bagian pertengahan konsol agar game dapat terhubung.
Game-game konsol SEGA ini biasanya memiliki case mereka masing-masing yang ukurannya menyerupai sebuah buku tebal. Pada jaman saya dulu, saya sering mengumpulkan game-game SEGA yang satu gamenya itu biasa bisa saya beli dengan harga 5.000 sampai 15.000 rupiah. Well, disaat pengguna PC pada masa itu masih relatif rendah, konsol SEGA menurut saya merupakan hiburan tersendiri bagi seorang anak kecil yang hobinya dulu memang suka sekali bermain game. Terkadang ada game yang tidak mau berjalan lagi karena papan sirkuit yang terlihat sudah berdebu. Anak kecil yang hobi bermain game itu biasanya membersihkannya dengan cara meniupkan debu yang ada di dalamnya.
Adapun beberapa game yang sangat saya sukai pada masa itu ada Sonic the Hedgehog, Disney's Aladdin, The Lion King, Fatal Fury, Mortal Kombat 3, Shinobi, Contra The Hard Corps, Street of Rage 2, dan tentu saja yang paling sangat saya sukai adalah Road Rash 3.
Kesan yang paling memorable dari semua game SEGA adalah Background Music atau BGM pada setiap stage yang diberikan, sehingga saya sendiri merasa walaupun sudah menamatkan game tersebut, saya merasa ingin terus memainkannya lagi dan lagi. Transisi perusahaan SEGA dari hardware ke software merupakan keputusan yang cukup bijak mengingat sangat sulit sekali mempertahankan eksistensi dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang bermunculan.
Kadang saya juga sering saling pinjam-meminjam game dengan anak tetangga sekaligus teman sekolah saya yang juga memiliki salah satu konsol game SEGA ini. Namun dia kemudian pindah sekolah dua tahun kemudian dan disitu saya mulai merasa sedih. Di jaman dimana belum ada sosial media, saya merasa telah kehilangan jejak dimana dirinya sekarang dan masa-masa itu sepertinya telah menjadi akhir dari pertemuan kami. Bahkan sampai saat ini saya belum berhasil menemukan akun sosial medianya walaupun sudah mengetik nama panjangnya di pencarian. Haduh cerita malah jadi mulai melenceng ke arah curhat.
Mungkin untuk next post saya akan share seputar game-game SEGA yang telah saya sebutkan sebelumnya.
0 Komentar