"Apaan bro, karakternya kagak mirip begitu"
"Jelek ah, ini menghancurkan image dari yang aslinya"
"2D's better than 3D lah bro"
Well, Itulah yang sering saya dengar dari omongan-omongan para anime watchers diluar sana ketika diminta memberikan pendapatnya mengenai sebuah seri live action. Harus kita akui beberapa judul live action memang berakhir dengan mengecewakan, namun bukankah beberapa judul lainnya juga memiliki adaptasi yang cukup bagus?
Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa saya sebenarnya bukanlah orang yang tertarik menonton live action. Saya akhir-akhir ini merasa kegiatan menonton anime menjadi sesuatu yang terasa sangat membosankan. Dua puluh menit per episode terasa seperti waktu yang sangat panjang sekali untuk dihabiskan. Kedua mata yang telah terbiasa melihat anime seakan berbicara kepada saya untuk berhenti sejenak dan mencoba sesuatu yang lain. Akhirnya saya putuskanlah untuk mencoba menonton sebuah live action.
Tulisan ini saya buat setelah menonton live action dari Sangatsu no Lion yang menurut saya tidak seburuk seperti stigma yang dibangun oleh orang-orang diluar sana. Hal yang coba saya katakan adalah selama menonton live action, bisakah setidaknya kita melupakan sejenak hal-hal yang terdapat dalam versi animenya. Live action punya cara penceritaannya sendiri, begitu pula dengan anime. Tentu sulit untuk membuat live action yang benar-benar mirip seperti animenya. Namun jika unsur kemiripan antara live action dan anime itu ternyata memang sama, lalu apa yang anda cari?
Dengan cerita dan scene yang sama, jika live action dan anime kemudian dibandingkan dan disuruh memilih mana yang lebih baik, tentu saja mayoritas para otaku diluar sana akan lebih memilih versi animenya. Ini sebenarnya hanya masalah perspektif, teman saya dulunya juga pernah saya suruh tonton live action "Death Note: The First Name", namun ketika saya perlihatkan versi animenya, dia mengatakan lebih menyukai versi live actionnya.
Lagipula live action juga memiliki target penonton yang jauh lebih luas. Memangnya mereka cuma menginginkan penonton dari anime watchers saja? Tidak kan? Beberapa orang dari kalangan "non otaku" juga pasti memiliki pendapat mereka sendiri jika disuruh menonton live action. Jika kemudian para anime watchers mengatakan bahwa terdapat unsur-unsur dari suatu live action yang terasa tidak mirip dengan versi animenya, ya kan itu wajar saja , karena live action juga pastinya mencoba melakukan penyesuaian gaya penceritaan mereka agar bisa ditonton oleh orang-orang seperti penggemar Jdrama misalnya.
Terakhir yang ingin saya katakan adalah cara membuat anime tentu saja berbeda dengan cara membuat live action. IJOUDESU
Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa saya sebenarnya bukanlah orang yang tertarik menonton live action. Saya akhir-akhir ini merasa kegiatan menonton anime menjadi sesuatu yang terasa sangat membosankan. Dua puluh menit per episode terasa seperti waktu yang sangat panjang sekali untuk dihabiskan. Kedua mata yang telah terbiasa melihat anime seakan berbicara kepada saya untuk berhenti sejenak dan mencoba sesuatu yang lain. Akhirnya saya putuskanlah untuk mencoba menonton sebuah live action.
Tulisan ini saya buat setelah menonton live action dari Sangatsu no Lion yang menurut saya tidak seburuk seperti stigma yang dibangun oleh orang-orang diluar sana. Hal yang coba saya katakan adalah selama menonton live action, bisakah setidaknya kita melupakan sejenak hal-hal yang terdapat dalam versi animenya. Live action punya cara penceritaannya sendiri, begitu pula dengan anime. Tentu sulit untuk membuat live action yang benar-benar mirip seperti animenya. Namun jika unsur kemiripan antara live action dan anime itu ternyata memang sama, lalu apa yang anda cari?
Dengan cerita dan scene yang sama, jika live action dan anime kemudian dibandingkan dan disuruh memilih mana yang lebih baik, tentu saja mayoritas para otaku diluar sana akan lebih memilih versi animenya. Ini sebenarnya hanya masalah perspektif, teman saya dulunya juga pernah saya suruh tonton live action "Death Note: The First Name", namun ketika saya perlihatkan versi animenya, dia mengatakan lebih menyukai versi live actionnya.
Lagipula live action juga memiliki target penonton yang jauh lebih luas. Memangnya mereka cuma menginginkan penonton dari anime watchers saja? Tidak kan? Beberapa orang dari kalangan "non otaku" juga pasti memiliki pendapat mereka sendiri jika disuruh menonton live action. Jika kemudian para anime watchers mengatakan bahwa terdapat unsur-unsur dari suatu live action yang terasa tidak mirip dengan versi animenya, ya kan itu wajar saja , karena live action juga pastinya mencoba melakukan penyesuaian gaya penceritaan mereka agar bisa ditonton oleh orang-orang seperti penggemar Jdrama misalnya.
Terakhir yang ingin saya katakan adalah cara membuat anime tentu saja berbeda dengan cara membuat live action. IJOUDESU
0 Komentar