Yo gan, saya baru saja selesai menonton salah satu adaptasi live action dari sebuah anime yang season keduanya mendapatkan score 9 di MAL, yaitu Sangatsu no Lion atau March Comes Like a Lion, sebuah cerita bergenre drama yang berfokus pada seorang remaja bernama Kiriyama Rei dengan orang-orang disekitarnya. Kalau mau dibilang apa sebenarnya yang saya cari dari live action ini, tidak lain yaitu untuk mendapatkan feeling yang sama seperti yang saya dapatkan dalam versi animenya.
𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗽𝗮 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗟𝗔 𝗶𝗻𝗶?
- Anda akan mendapatkan the feel of drama dari seri Sangatsu no Lion dengan sudut pandang yang berbeda
- Para aktor yang saya pikir akan mencoba berusaha memaksakan diri untuk semirip mungkin dengan versi aslinya, namun ternyata bisa berperan jauh lebih natural dengan hasil yang memuaskan.
Sedangkan untuk review, mungkin ini beberapa hal yang saya dapatkan dari Sangatsu no Lion versi adaptasi live action ini.
𝟭. 𝗞𝗮𝗿𝗮𝗸𝘁𝗲𝗿 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗵𝗮𝘁𝗶, 𝗻𝗼𝘁 𝗮 𝗯𝗮𝗱 𝘁𝗵𝗶𝗻𝗴 𝗜 𝗴𝘂𝗲𝘀𝘀
Dari beberapa menit awal saja kita mungkin bisa langsung menyadari bahwa Kiriyama di versi live action ini tidak banyak berbicara dalam hati seperti Kiriyama yang ada di versi anime ataupun manganya.
Mengingat movie ini hanya berdurasi dua jam saja, menurut saya mereka sudah melakukan hal yang terbaik untuk bisa mengadaptasi story anime Sangatsu no Lion dari episode pertama sampai episode dua puluh empat. Jadi bisa saya katakan bahwa adanya pengurangan unsur dialog berbicara dalam hati menurut saya bukanlah suatu hal yang buruk. Karena semua yang para karakter pikirkan menurut saya sudah tersaji dalam akting mereka berikan. #tersirat
𝟮. 𝗔𝗹𝘂𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗴𝗲𝗿𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗿𝗮𝗸𝘁𝗲𝗿 𝗱𝗶 𝗟𝗔 𝘁𝗲𝗻𝘁𝘂 𝘀𝗮𝗷𝗮 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗰𝗲𝗽𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗮𝗻𝗶𝗺𝗲 𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶 𝗦𝗛𝗔𝗙𝗧
Well, tentu para anime watchers sudah paham sekali bagaimana hasil adaptasi anime buatan SHAFT. Dalam animenya, anda bisa menemukan motion-motion lambat yang merupakan ciri khas dari studio tersebut. Namun dalam versi LA, tentu saja hal itu tidak ada. Bisa saya katakan bahwa anda akan melihat Sangatsu no Lion tanpa unsur-unsur tersebut. Semua pergerakan akan terlihat normal dan anda akan mencoba sekali lagi untuk menikmati cerita dari seri Sangatsu no Lion dalam tempo yang berbeda.
Apakah itu artinya ceritanya akan rush? Nope, asalkan unsur cerita dapat tersampaikan dengan baik kepada para penonton, alur yang terasa agak cepat menurut saya bukanlah sesuatu yang buruk. Tentunya ini juga diiringi dengan pemilihan scene mana yang cocok untuk ditempatkan dalam adaptasi LA ini agar tidak ada story yang terasa mengambang.
𝟯. 𝗔𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝘁𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮 𝗵𝗮𝗺𝗯𝗮𝗿 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗲𝗳𝗲𝗸-𝗲𝗳𝗲𝗸 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝘁𝗲𝗻𝗴𝗴𝗲𝗹𝗮𝗺, 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗯𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻, 𝗮𝘁𝗮𝘂𝗽𝘂𝗻 𝘂𝗻𝘀𝘂𝗿-𝘂𝗻𝘀𝘂𝗿 𝗹𝗮𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶 𝗮𝘀𝗹𝗶𝗻𝘆𝗮?
Jawaban saya no, menurut saya unsur-unsur tersebut jauh lebih tepat jika digunakan dalam versi anime ataupun manganya. Sedangkan untuk versi LA, saya justru merasa aneh jika ada unsur-unsur tersebut. Terlalu banyak unsur yang ditambahkan juga menurut saya bisa membuat penonton nantinya bisa kehilangan fokus menontonnya. Jadi biarkan sajalah seperti itu apa adanya. Namun ada satu penggambaran perasaan Shimada-san di dalam bentuk salju yang mirip seperti animenya, dan ini not bad at all.
𝟰. 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝗮𝗸𝘁𝗼𝗿 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗵𝗲𝗻𝘁𝗶-𝗵𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗶𝗺𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀
Inilah hal yang benar-benar diluar dugaan saya. Saya tidak memperkirakan bahwa mereka semua bisa memainkan peran mereka dengan sangat baik. Awalnya saya menganggap casting yang mereka lakukan akan memiiliki banyak kelemahan di sisi sana sini. Sehingga saya lebih memilih untuk menyimak bagian storynya saja. Namun sepertinya saya telah salah berpikir demikian. Mulai dari Kiriyama, Nikaido, Smith, Gotou, Kyouko, Shimada, Akari, Hina, Momo, Kakeknya, dll, semua aktingnya tidak henti-hentinya membuat saya impress. (Walaupun Momo kurang banyak dapat screen time sih)
𝟱. 𝗛𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗮𝗷𝗮 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗳𝗲𝗲𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗦𝗼𝘆𝗮 𝗠𝗲𝗶𝗷𝗶𝗻 𝗱𝗶 𝗟𝗔 𝗶𝗻𝗶
Memerankan sosok Souya Touji menurut saya mungkin menjadi hal yang paling sulit dalam adaptasi LA ini. Soya Touji dalam source aslinya memiliki aura yang cool dengan tatapan mati yang menusuk mata para penontonnya. Motion lambat yang disuguhkan SHAFT menambah ke'cool'an dari karakter yang satu ini. Namun di LA tidak ada pergerakan lambat, Soya Touji harus bergerak normal sama seperti karakter lainnya. Sehingga membuat saya merasa kehilangan feel dari seorang Souya Touji.
𝟲. 𝗕𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗳𝗲𝗲𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗟𝗔 𝗶𝗻𝗶?
Untuk story mungkin ada unsur yang tidak terlalu ditonjolkan dalam adaptasi LA ini, seperti unsur komedi misalnya. Saya jujur saja tidak terlalu mempermasalahkan berkurangnya unsur komedi dalam adaptasi LA ini. Menurut saya, biarkan saja mereka mengadaptasi LA Sangatsu no Lion ini dengan menggunakan cara mereka sendiri. Karena seperti yang saya katakan sebelumnya, dengan banyaknya unsur yang ditambahkan, akan menambah lebih banyak dialog dan lamanya durasi dari LA ini. Bukan movie lagi jadinya, berubah jadi series ntar.
Dalam LA ini juga, Hina terlihat memiliki perawakan yang lebih dewasa dibandingkan Hina pada source aslinya. Unsur ini menurut saya telah membangun "romance thing" jauh lebih cepat dari versi aslinya. Namun sekali lagi akan saya katakan "Its not a bad thing I guess", karena unsur LA yang terasa berbeda seperti inilah yang membuatnya menarik.
𝗣𝗘𝗡𝗨𝗧𝗨𝗣
Totalitas aktor, itulah satu kata yang bisa saya sampaikan sebagai penutup dari review ini. It just feels sugoi when you see something from Shaft animation into real life. Walaupun saya tidak pernah main shogi, LA Sangatsu no Lion yang penuh akan drama ini menurut saya benar-benar worth atas waktu telah saya habiskan selama menontonnya.
0 Komentar